Thursday, February 25, 2016

Suka duka tentang Asisten Rumah Tangga

Sejak memiliki anaka, ada yang berubah dalam rumah. Dulu waktu baru hidup berdua dengan istri, saya belum berpikir macam-macam. Jalanin aja, ikuti alur kehidupan seperti air mengalir.

Kehadiran anak memberikan warna yang berbeda. Karena saya dan istri sama-sama bekerja (saya sebagai karyawan swasta dan istri sebagai PNS), mau tidak mau membutuhkan asisten rumah tangga. Tujuan mencari asisten rumah tangga adalah menjaga anak saat kami berdua sedang bekerja atau tidak berada di rumah. Mencari asisten rumah tangga yang amanah dan cocok memang gampang-gampang susah. Sampai merepotkan orang tua dan mertua. Karena kami mencari asisten rumah tangga dari desa, bukan mencari dari yayasan penyalur PRT.

Asisten rumah tangga pertama kami dari desa yang sama dengan saya. Baru satu bulan, dia mesti pulang karena merasa berat meninggalkan anaknya di desa (walaupun ada mbah-nya). Waktu itu tahun 2009 dan dia masih saya gaji 350 ribu plus uang transport 50 ribu (catatan : asisten rumah tangga memang saya kasih waktu libur dan bisa mudik sebulan sekali).

Asisten rumah tangga yang kedua masih sama, satu desa dengan saya. Yang ini bertahan cukup lama. Saya dan istri selama ini selalu berbaik sangka dan tidak berpikir aneh-aneh tentang yang satu ini. Asisten yang satu ini memiliki 2 anak dan sudah bercerai dengan suaminya. Satu anaknya berdomisili di Balikpapan dan satunya di desa yang sama dengan asal saya. Sampai suatu saat (sekitar awal tahun 2011), asisten ini menghilang dan hanya meninggalkan pesan lewat sms. Ternyata dia menikah lagi (secara siri) dan sudah hamil. Gaji terakhirnya adalah 600 ribu plus transport 50 ribu.

Karena asisten yang kedua ini lari tanpa kejelasan, saya dan istri agak kelimpungan. Akhirnya saya minta bantuan ke sepupu untuk menemani. Hampir selama setahun sepupu ikut saya sampai akhirnya anaknya minta agar pulang. Sebenarnya hampir tiap bulan, saya tetap kasih libur untuk menengok anaknya. Setiap bulan juga saya tetap kasih 700 ribu plus uang transport 50 ribu.

Asisten rumah tangga berikutnya dari daerah Maospati, tempat adik saya bertugas sebagai bidan. Asisten yang ini tidak terlalu lama dan tidak banyak membantu. Akhirnya saya pulangkan karena pernah pergi tanpa pamit selama 3 hari. Gaji terakhirnya adalah 700 ribu plus uang transport 50 ribu.

Asisten berikutnya adalah mencari orang lokal. Orang daerah Keputih. Sebenarnya orangnya rajin tetapi karena dia juga membantu di tempat lain juga, akhirnya tidak fokus ke tugasnya. Apalagi pada masa ini anak saya yang kedua lahir. Gaji terakhirnya 750 ribu.

Dengan berbagai cara akhirnya saya mendapatkan asisten yang merupakan kenalan lama. Sebelumnya dia pernah bekerja untuk bersih-bersih di tempat kos istri saya waktu masih kuliah. Kebetulan saya dan istri sudah kenal lama dengannya. Kami juga kenal dengan suaminya. Suaminya bekerja sebagai tukang bangunan. Suaminya sering kami minta bantuan untuk renovasi rumah. Pada masa ini, kami juga kedatangan anak yang ke-3. Asisten ini memiliki 1 anak yang masuk masa remaja. Dengan asisten yang ini bertahan sampai saat ini walaupun dipenuhi dengan berbagai problematikanya. Gaji yang saya berikan dari awal adalah 800 ribu dan sudah beberapa kali saya naikkan. Terakhir gaji yang saya berikan adalah 1,3 jt (lebih dari rata-rata gaji asisten rumah tangga di sekitaran rumah).

No comments:

Post a Comment